MELAKUKAN KASIH KEPADA SESAMA

Ev. Imamat 19 : 16 – 18                                                                       Ep. Rom 13 : 8-10

MELAKUKAN KASIH KEPADA SESAMA

1. PENDAHULUAN

Ajaran yang paling mendasar dalam iman percaya kita adalah kasih. Karena Allah adalah kasih. Dan manusia yang diciptakan segambar dengan Allah berarti memiliki kasih (Kejadian 1 : 26-27). Namun ketika manusia jatuh kedalam dosa kasih yang berada dalam dirinya itu telah tertanam di dalamnya. Sehingga terjadilah sikap yang bertentangan dengan kehendak Allah, dan manusia sering tergoda untuk melakukan dosa, ini dapat dilihat dalam kisah Kain dan Habel (Kej 4 : 1-16). Walaupun manusia telah berdosa dan terus melakukannya tetapi Allah tetap pada jati diriNya sebagai kasih. Allah terus berkarya sepanjang sejarah manusia untuk menunjukkan kasihNya supaya  manusia itu kembali kepada hakekatnya yang semula sebagai imagodei melalui orang-orang yang mau hidup dalam kehendakNya. Namun manusia pada kenyataanya masih banyak tidak mengindahkan apa yang di kehendaki oleh Allah dan hidup dengan kejahatan. Sehingga Allah murka dan menghukum manusia dengan air Bah (kej 7). Kemudian Allah dengan kehendak dan otoritasNya memilih suatu bangsa dalam rangka keselamatan. Karya keselamatannya itu dilakukan melalui pemanggilan Abraham yang akan menjadi cikal bakal Bangsa yang besar yaitu bangsa Israel. Bangsa Israel adalah umat pilihan Allah, sebagai umat pilihan maka bangsa Israel harus hidup dalam kehendak Allah dengan melakukan hukumNya (Taurat) yang di terima Musa dari Allah di gunung Sinai. Hukum itu yang di sebut adalah berisikan norma-norma atau aturan-aturan dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari yang harus di patuhi. Karena dengan mematuhi Hukum Taurat itu maka bangsa Israel hidup dalam kasih dan melakukan kehendak Allah dan terlindung dari perbuatan dosa. Namun pada kenyataanya Hukum Taurat itu sering tidak di indahkan dan banyak yang dilanggar. Sehingga bangsa Israel hidup dalam keadaan yang jatuh bangun dalam mematuhi hukum itu sepanjang hidupnya. Dan sampai pada zaman Yesus pun Hukum Taurat itu tetap dilaksanakan namun dengan pemahaman secara ekslusif yang di tambah dengan penafsiran oleh para ahli-ahli Taurat, sehingga hukum itu menjadi beban dan membatasi sikap manusia untuk berbuat kasih karena lebih bersifat menghukumi atau arogan ketimbang menunjukkan kasih Allah yang mengampuni. Hal inilah yang di tentang keras oleh Yesus dari orang farisi dan Ahli-ahli Taurat.( Mat ayt 5 – 9’16 : 5-12;). Dengan tegas bahwa kehadiran Yesus bukan untuk meniadakan Hukum Taurat tetapi untuk menggenapinya (Mat. 5 : 17-48; Luk 16 : 7; Rom 3 : 31).

2. PENJELASAN NAS

Melalui Yesus Kristus bahwa Hukum Taurat itu sudah di genapi yaitu bahwa Hukum Taurat yang terutama itu ialah kasih, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (bd. Mat 22 : 37, 39). Inilah isi dari keseluruh Hukum Taurat. Sebab dengan melakukan kasih berarti telah melakukan/melaksanakan Hukum Taurat. Yesus Kristus adalah Allah yang adalah kasih itu sendiri. Yesus telah mati dan bangkit menebus dosa dunia. Karena itu bukan hukum Taurat lagi yang membawa keselamatan tetapi Yesus Kristus. Hukum Taurat berguna sebagai cermin dan pagar yang mengarahkan kehidupan kita kepada Kristus yang menyelamatkan kita. Surat Roma ialah merupakan surat Paulus yang berisikan uraian teologis tentang pengajaran iman Kristen testamentary (surat wasiat). Di mana Paulus menekankan bahwa keselamatan itu hanya di peroleh melalui iman kepada Yesus Kristus. Dan hanya oleh anugrah saja kita diselamatkan dan bukan karena melakukan Hukum Taurat. Sebab Paulus sangat paham bahwa kondisi di dalam jemaat Roma merupakan jemaat yang terdiri dari latar belakang bangsa dan tradisi yang berbeda. Hal ini di karenakan Roma merupakan pusat kekaisaran/kerajaan Romawi. Oleh karena itu Paulus sangat menekankan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani.

a. Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi” (ayt 8). Pada ayat sebelumnya Paulus menjelaskan tentang kepatuhan membayar pajak kepada pemerintah. Sepertinya pada ayat ini pemikiran Paulus berpindah dari membayar pajak kepada memenuhi “hutang kasih”. Dengan demikian kepatuhan membayar pajak kepada pemerintah atau kaisar berarti menunjukkan bahwa seseorang patuh pada aturan dan peraruran hukum yang berlaku dan wajib untuk membayarnya. Demikian halnya dengan kasih bahwa kasih itu harus dilakukan dan merupakan kewajiban bagi orang yang percaya untuk saling mengasihi dan hidup di dalam kasih, karena kita telah di tebus dan diselamatkan oleh Kristus. Dengan demikian tanggung jawab orang percaya adalah melakukan kasih, dan itu merupakan hutang jika kita tidak melaksanakannya. Oleh karena kata janganlah kamu berhutang. Mengajak jemaat agar tetap melakukanlah kasih itu dalam setiap kehidupan baik kepada Allah dan sesama. Sebab itu Paulus menjelaskan dengan mengasihi sesama manusia berarti sudah memenuhi Hukum Taurat.

b. “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri karena itu adalah kegenapan Hukum Taurat” (ayt 9-10). Dalam ayat ini Paulus menjelaskan tentang bagian untuk mengasihi sesama manusia. Dan merupakan suatu ungkapan yang pernah dikatakan Yesus dalam (Mat. 22 : 39). Bahwa mengasihi sesama yaitu tidak melakukan yang jahat kepada orang lain dengan; membunuh, berzinah, mencuri, dan jangan mengigini akan harta orang lain. Kasih sejati tidak akan memberi tempat pada perzinahan. Kasih sejati tidak akan pernah membunuh. Kasih tidak akan pernah mengijinkan untuk mencuri apapun. Kalau dikatakan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri adalah suatu gambaran untuk mengajak peduli dengan orang lain, mengasihi karena sama-sama manusia ciptaan Allah. Mengasih tidak berzinah, tidak membunuh, tidak mencuri atau mengigini dan tidak berbuat jahat. Tetapi murni mengasihi dengan kasih Allah atau kasih Agape. Dengan demikian bahwa kasih yang kita lakukan dengan kasih berarti kita telah melakukan hukum Taurat.

3. Aplikasi.

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita sering menghadapi tantangan dan pergumulan, baik dalam keluarga, gereja, masyarakat. Ada yang tidak suka dengan kita, terkadang membuat kita kecewa, membuat kita marah dan geram dan juga ada orang yang mencintai kita, mengasihi kita, menyayangi kita, menghormati kita. Namun kalau kita jujur, kita pasti lebih nyaman dan berteman dengan orang yang berbuat baik kepada kita. Hal itu merupakan hal yang biasa dan wajar. Tetapi perlu kita sadar bahwa orang yang tidak mengenal Tuhan pun sama demikian karena mereka berteman dengan orang yang mengasihi mereka dan menyayangi mereka (bd.Mat.5:46). Tetapi yang luar biasa adalah jikalau kita mengasihi orang yang membenci kita, seperti yang telah dilakukan oleh Yesus mengasihi mereka yang membenci dan membunuhNya. Sekarang kita di tantang untuk mengasihi sesama, baik itu yang mengasihi kita dan orang yang membenci kita. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagaimana caranya? Yesus memberikan pelajaran kepada kita dalam Matius. 5 : 43-45 yaitu :Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi. Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Amin

Pdt.BD. Sitompul

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar